Tidak seperti kemarin,
Tepat hari ini cuacanya terlihat bagus,
Awan di langit berlari-lari menutupi teriknya matahari di siang menjelang sore itu,
Tetapi gundahnya hatiku tak sebagus awan di langit.
Layaknya menelan pete,
Aku tidak suka,
Ini keras dan pahit,
Tapi kata orang-orang ini baik untukku baik untuk lambungku.
Setegak demi setegak ku telan ludahku,
Ku hempaskan nafasku dan kembali menghirup dan mengeluarkannya lagi,
Kata demi kata ku coba keluarkan dari hatiku,
Untuk pembicaraan yang ku janjikan kepadamu,
Engkau belum siap,
Aku juga belum siap,
Ada sebagian kecil dihatiku yang mengatakan "Aku lega akhirnya bisa mengucapkannya",
Tetapi...
Ada sebagian lagi dihatiku yang mengatakan "Aku belum siap sama sekali"
Aku bersyukur engkau mengerti,
Aku bersyukur engkau ikhlas,
Aku bersyukur engkau pengertian dan mendukungku,
Aku bersyukur atas semua ini,
Aku berjanji pada diriku sebelum berbicara kepadamu,
"Aku tak akan nangis"
Apa pula yang ingin ditangisi? Ini bukanlah akhir dari segalanya.
Tetapi...
Aku tidak bisa,
Dulunya aku bisa melihat secangkir madu manis di pagi hari menyambutku,
Sekarang tidak bisa,
Dulunya aku bisa membawa madu manis itu kemana-mana,
Sekarang tidak bisa.
Dan sekarang...
Satu tetes air mata tumpah di pipiku,
Satu tetes itu di lanjuti oleh tetes lainnya dan berikutnya dan berikutnya...
Ah....
Dalam anganku aku berdoa untukku...
Dan juga untukmu,
Untuk kebaikan kita,
Untuk segala hal yang kita nantikan di masa depan,
Untuk segala hal yang kita impikan bersama,
Sungguh hentikan tangisan ini. Aku tidak bisa berhenti.
Bahkan sebotol air minum itu tidak bisa menghentikannya,
Aku berharap angin ini bisa menghapuskan bekas air mata ini,
Tetapi tetap,
Denganmu di anganku
.
.
.
.
.
Komentar
Posting Komentar